30.4.10

DATA SEMENTARA TENTANG PENAIKAN BENDERA PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK MALUKU SELATAN YANG KE 60 (25 APRIL 1950 – 2010)

  • 1. PULAU SAPARUA :
  • Negeri Tuhaha : 5
  • Negeri Ouw : 8
  • Negeri Ulath : 1
  • Waisisil kota Saparua : 1
  • Negeri Nolloth : 1
  • Negeri Aboru : 2
  • Ambon seluruhnya : 18 yaitu di : Markas 733 TNI Victoria 1 buah;
  • SMA II 1 buah; Batumerah 1 bh; Galunggung 1 bh; Kebun Cengkeh 1 bh;
  • Kayuputih 2 bh, Kayutiga 2 bh; Wainitu 1 bh; Airsalobar 1 bh; Galala 2 bh;
  • Halong 2 bh; Passo 2 bh; Waitatiri 1 bh; Jazirah Leihitu (Islam) banyak namun ditutupi oleh petugas indonesia
  • 2. Pulau-Pulau Terselatan
  • Wetar : 1
  • Kisar : 3
  • Wonrelli : 3
  • 3. Seram Utara semua Negeri naik rata-rata 1buah…………ada puluhan
  • 4. Seram Barat : Piru kota 1 bh; Kilo 2 Makariki 1bh;
  • 5. Pulau Buru : Kota Leksula 3 bh; Namlea 1 bh
  • 6. Maluku Tenggara : Kota Saumlaki 2 bh
  • Banyak yang belum lapor , jadi kalau secara empiris maka bendera yang naik sekitar ratusan.

25.4.10

Alexander Manuputty: Proklamasi RMS 25/4/1950 bukan Makar

  • Eddi Santosa - detikNews

  • Den Haag - Apakah peristiwa Proklamasi RMS 25 April 1950 adalah merupakan peristiwa makar? Makar kepada siapa? Makar kepada Republik Indonesia Serikat (RIS)? Siapakah yang memberikan hak bagi RI untuk melarang kemerdekaan Maluku Selatan? Pertanyaan retorik di atas disampaikan pemimpin Front Kedaulatan Maluku (FKM), Alexander H. Manuputty, dalam pidato tertulis pada HUT Kemerdekaan Republik Maluku Selatan ke-54, 25 April lalu.

  • Naskah pidato tersebut beredar di Belanda dan sampai ke tangan detikcom hari ini (Rabu, 28/4/2004). Manuputty, yang dikini bermukim di California (AS), berusaha memenangi opini publik di Belanda dengan menjernihkan duduk soal negara Republik Maluku Selatan (RMS), sebuah negeri merdeka dan berdaulat yang dicita-citakan.

  • Ia antara lain mengungkap soal latar belakang yuridis, yang mungkin saja selama ini dipahami secara berbeda di pihak Indonesia. "Bukankah dalam RIS ada Ketentuan Pelaksanaan Penentuan Nasib Sendiri yang ditujukan kepada Republik Indonesia (RI) Yogyakarta, negara-negara bagian lainnya, Maluku dan lain-lain daerah di Kepulauan Indonesia?" tanya Manuputty, dalam lembaran berkop Front Kedaulatan Maluku (FKM) untuk Republik Maluku Selatan (RMS), dengan alamat Kantor Pusat di Jl. Dr. Kayadoe, No. 71, Lrg. PMI Kudamati, Ambon, Moluccas. Manuputty, yang menyebut Maluku sebagai 'Tanah yang Dijanjikan' dengan mengutip Lukas 12 : 32, menambahkan bahwa dalam Negara Indonesia Timur (NIT) juga ada Pasal 5 Muktamar Denpasar (7 Desember 1946) yang menjamin pelaksanaan Penentuan Nasib Sendiri bagi ketigabelas wilayah otonom dalam NIT, termasuk juga untuk Maluku.

  • "Bukankah Maluku pada saat itu berada di bawah kekuasaan dan kewenangan Dewan Maluku Selatan (DMS)? Bukankah DMS tidak mempunyai hubungan dengan RI, baik itu hubungan konstitusional, struktural maupun fungsional?" sambungnya. Dijelaskan bahwa hubungan Maluku Selatan dengan NIT adalah hubungan secara bersyarat melalui Keputusan DMS tertanggal 11 Maret 1947 untuk pelaksanaan kemerdekaan Maluku Selatan jika NIT tidak memperhatikan kepentingan Maluku Selatan. "RI merdeka sebagai negara bagian maupun negara bebas sendiri tidak ada yang melarang, kenapa untuk Maluku Selatan RI melarangnya? Siapakah yang memberikan hak bagi RI untuk melarang kemerdekaan Maluku Selatan," gugat Manuputty.

  • Lebih jauh Manuputty menyodorkan argumen mengenai Hak Penentuan Nasib Sendiri bagi Maluku Selatan, yang menurutnya antara lain didasarkan pada Atlantic Charter 14 Agustus 1941, Pasal 1, 2 dan 3; Preambule Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia (RI) tahun 1945 alinea 1, "bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan,"

  • Selain itu juga didasarkan pada Piagam PBB 24 Oktober 1945, pada pengantarnya dan Pasal 1 Ayat (2); Permusyawaratan Malino 16 Juli 1946, pada butir 2 dan 4; Perjanjian Canberra 6 Februari 1947, yang ditandatangani oleh Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda dan Selandia Baru, dimana kesemuanya bersepakat untuk memberikan kemerdekaan kepada rumpun bangsa Melanesia (termasuk Maluku dan Papua Barat), Micronesia, dan Polinesia. Kemudian Perjanjian Linggarjati 25 Maret 1947 Pasal 3, 4 dan 5; Perjanjian Renville 17 Januari 1948 pada Ayat (2), (3), (6), (11); Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia (HAM) 10 Desember 1948 Pasal 1 dan 21 Ayat (3), terutama butir 1 dan 14; Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) 28 Januari 1949; Persetujuan Rum-Van Royen 7 Mei 1949; Konferensi Meja Bundar (KMB) 2 November 1949, dengan langkah-langkah transisinya (tertera pada poin alasan) 27 Desember 1949.

  • Ditambah lagi dengan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik 23 Maret 1976 Pasal 1 ayat (1) dan Sejarah dan Budaya Maluku/Alif'uru/Ina. Manuputty menegaskan bahwa DMS adalah lembaga yang representatif, aspiratif dan demokratis, dimana seluruh wilayah Maluku Selatan telah terwakili di dalamnya. "Bukankah keputusan suatu lembaga yang representatif, aspiratif dan demokratis adalah mencerminkan keputusan yang representatif, aspiratif dan demokratis pula?" Ia mempersilakan untuk membandingkan hal tersebut dengan keputusan lembaga perwakilan rakyat di negara mana saja.

  • Menurut Manuputty, malah sudah ada plebisit yang affirmatif di Maluku saat itu yang sifatnya bulat, aklamasi, tegas dan terwakili sebagai sampling. Oleh sebab itu, katanya, proklamasi kemerdekaan negara Republik Maluku Selatan (RMS) adalah peristiwa yang wajar, alamiah, dan logis dimana hal itu juga dimiliki oleh bangsa dan atau negara lain di bumi termasuk Indonesia. "Kenapa Indonesia mesti risih, kenapa Indonesia mesti cemburu, kenapa Indonesia merampasnya dengan cara-cara yang biadab? Bukankah RMS memiliki segudang legalitas/keabsahan jika katong mau bandingkan dengan RI yang cuma memiliki satu legalitas saja, yaitu Piagam Atlantik?" demikian Manuputty. (es/)

24.4.10

25 April. Sekali Proclamatie - Tetap Proclamatie

  • NANIA (Ambon)
  • 1. Daniel Malawau 15 tahun/jaar
  • 2. Yohanis SipoIo 9
  • 3. Barce Manuputi 6
  • 4. Pieter Latumahina 8
  • 5. Muliadi Taihutu 6
  • 6. Piere Pattisina 7
  • 7. Renold Ngarbingan 6
  • 8. Mateis Wattimuri 9
  • 9. Yacob Supusepa 10
  • 10. Yohanis Supusepa 9
  • 11. Deny Akihary 12
  • 12. Elias Sinay 10
  • 13. Yusup Sipakoly 12
  • 14. Ferdinan Noya 6
  • 15. Ferdinand Waas 10
  • 16. Christian Faubun 15
  • 17. Charles Riry 3
  • 18. Poli Teterisa 2 tahun + 10 bulan/maanden
  • 19.Yunus Akihari 4
  • 20. Johan Saiya 10
  • 21. Yepta Saiya 12
  • 22. Dominggus Salamena 8
  • 23. Deny de Fretes 10
  • 24. Erwin Maruanaya 12
  • 25. Alexander Tanate 9
  • 26. Buce Nahumury 4
  • 27. Simon Saiya 6
  • 28. Semuel Hendrik 10

  • Rutan WAIHERU (Ambon)
  • 1. Stevi Tahapary 2

  • NUSA KEMBANGAN "KEMBANG KUNING" (Jawa)
  • 1. Jhon Markus 17
  • 2. Romanus Batseran 17
  • 3. Jordan Saiya 17
  • 4. Yohanis Saiya 17
  • 5. Ruben Saiya 20
  • 6. Abner Litamahuputi 10

  • NUSAKEMBANGAN "PERMISAN" (Jawa)
  • 1. Alex Malawau 7
  • 2. Philip Malawau 7
  • 3. Melki Sinay 7
  • 4. Mercy Riri 7
  • 5. Piter Saiya (kacil) 9
  • 6. Semuel Lesnusa 8

  • NUSA KEMBANGAN "PASIR PUTIH" (Jawa)
  • 1. John Rea 15
  • 2. John Abraham 15
  • 3. Sandy Lalopua 13
  • 4. Peter Rea 15

  • KEDIRI (Jawa)
  • 1. Fenti Sapulette 11
  • 2. Stevi Saiya 7
  • 3. Remon Tuapatinaya 8
  • 4. Izak 'Saimima 6
  • 5. Novis Adolph 6
  • 6. Yesayas Karmite 9

  • MALANG (Jawa)
  • 1. Jhoni Sinay 15
  • 2. Ferjon Saiya 12
  • 3. Johan Teterisa 15
  • 4. Yunus Litiloly 10
  • 5. Jhon Syaranamual 10
  • 6. Leo Hendrik 10

  • SEMARANG (Jawa)
  • 1. Ferdinand Radjawane 10
  • 2. Petrus Rahayaan 12
  • 3. Soni Boinsera 6
  • 4. Piter Saiya (besar ) 12
  • 5. Arens Saiya 8
  • 6. Melki Syaranamual 8

  • PORONG (Jawa)
  • 1. MarIon Pattiwaël 15
  • 2. Jeki Riri 15
  • 3. Piter Yohanis 7
  • 4. Fredi Akihari 15
  • 5. Marthen Saiya 10
  • 6. Yosias Sinay 10
  • 7. Abraham Saiya 15
  • 8. Edo Latuhihin 13
  • 9. Pilipus Nurlatu 13
  • 10. Markus Siwabessy 13

  • MADIUN
  • Mozes Tuwanakotta (9 tahun) di bebaskan tgl. 26 december 2009.

23.4.10

Selamat HUT RMS ke 60 (1950-2010)

Menjelang Tgl 25 April 2010:
Walaupun rayuan "rezim Jawakarta" kian merajalela, prinsipel sebagai bangsa Maluku tetap dijaga !!!

"Lawamena Haulala"

Selamat HUT RMS ke 60 (1950-2010)



12.4.10

Political prisoner in Indonesia: Johan Teterissa

  • In June 2007, an official ceremony was held in Ambon, the capital of the Moluccas, which was attended by Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono and other senior government representatives.
  • Suddenly 23 Moluccans broke through the security cordon and started dancing. They were dancing the cakalele, a traditional Moluccan wardance.
  • Afterwards they unfurled a flag that symbolises an independent Republic of the South Moluccas (RMS).The dance and the unfurling of the flag are considered high treason and subversion of the unity of the Indonesian state.
  • The cakelele dancers were arrested after their peaceful protest, and they were mistreated in prison. Among them was Johan Teterissa, the leader of the cakelele dancers. Initially he was sentenced to life imprisonment but on appeal, he received a 15-year prison term.
  • Teterissa’s wife, Martha, is very worried. She doesn’t know how she can provide for herself and her children. She often thinks about the events on that day in 2007. “I knew that Johan was going to dance. And I knew that he would be punished for dancing because the president was there. But I thought he would receive a light sentence. After all, the just danced. They didn’t commit any crimes or kill anyone. I’ve given up hope…”

Pela Gandong afgelast in Vaassen

  • VAASSEN - Naar aanleiding van anonieme dreigtelefoontjes is in Vaassen een optreden afgelast van de Molukse zang- en dansgroep Pela Gandong op 7 april, waarbij ook de Indonesische ambassadeur Junus Habibie aanwezig zou zijn.
  • Volgens secretaris Paul Noija van de stichting Musafir, één van de organisatoren, gaat het om twee anonieme telefoontjes. Op de exacte inhoud wil hij niet ingaan. Volgens hem zijn ze afkomstig van mensen die grote moeite hebben met de aanwezigheid van de Indonesische ambassadeur in een Molukse wijk. Met dat laatste doelt hij op Berkenoord II in Vaassen, waar veel Molukkers wonen.
  • Er is nog geprobeerd het optreden van Pela Gandong te verplaatsen naar het gemeentehuis in Epe, maar daarvoor was het te kort dag. Vandaar dat de organisatoren donderdagavond besloten het evenement helemaal af te lasten. Volgens Noija om 'de vrede, rust en veiligheid' van de Molukse gemeenschap in Vaassen niet in gevaar te brengen. De politie, waarmee contact is geweest, wil niets kwijt over de inhoud van het gesprek met de organisatie. Noija heeft sterk de indruk dat de dreigtelefoontjes niet afkomstig zijn uit Vaassen zelf. "We zijn een groep kerkgangers die zich inzet voor de renovatie van de Molukse Musafirkerk in de wijk. We hebben veel sympathie. Als er hier mensen zouden zijn die problemen hebben met de komst van de Indonesische ambassadeur, dan zouden ze ons dat hebben laten weten.
  • Noot van Pelasurya:Met de komst van diverse Molukse artiesten in Nederland, Unpatti-dansgroep, pelagandong enz,enz is de bedoeling van de KBRI(JB Habibie) om de RMS ge-dachte in Nederland te minimaliseren.(Mijn mening).
  • Dengan datangnya rombongan-rombongan kesenian Maluku dari Indonesia, adalah menurut pendapat beta,usaha KBRI(J.B.Habibie) untuk menetralisir kekuatankekuatan RMS di Masyrakat Maluku di Belanda atau melempuhkan pikiran RMS Bangsa Adat Alifuru di Negeri Belanda.